Nasi Bungkus

26/02/2012 09:31

by Daben Mediqa

Menulis, menurut persepsi setiap orangnya akan berbeda, ada yang bilang butuh latihan, udah bawaan orok alias bakat atau pengaruh lingkungan lainnya. Ahmad Albar bilang, dunia ini panggung sandiwara, yang namanya panggung so pasti ada creatornya kan? Nah si sutradara inilah penulis naskahnya. However bagaimana dengan nasi bungkus?

 

Nasi bungkus tidak membutuhkan seorang sutradara atau penulis bahkan sutradara dan penulis membutuhkan nasi bungkus. Nasi bungkus hanyalah bagian dari sebuah kebutuhan atau hadiah (Maslow Hierarchy of Needs and Motivation). Nasi bungkus disetiap level masyarakat atau negara akan beda porsi atau namanya, ada yang menyebutnya nasi kotak, parcel atau package. Pun bentuk atau materialnya juga beda, ada yang dari daun jati, daun pisang, plastik, kertas, dan lainnya.

 

Teringat sekali ketika pertama kali meninggalkan rumah dan tinggal di rumah kos-kosan. Yang menjadi pembelajaran pertama dan utama saat itu adalah bagaimana supaya perut ini terjaga isinya dan tidak meraung-raung jika hampa he he ... membeli berbagai makanan instant mulai dari keripik, kue, roti, kacang-kacangan ternyata tidak cukup membuat perut ini tenang. Perasaan kalau belum makan nasi rasanya belum makan walaupun Indomie seduh atau dua lembar roti cream sudah lewati tenggorokan.

 

Satu hal ketika kita merasa cape atau sibuk atau males, maka pilihan makanannya adalah nasi bungkus. Setiap hari terjadi dan menjadi sebuah kondisi serta tradisi dengan nasi bungkus (Teori Kognitif-Adaptasi). Walaupun nasi bungkus tidak memiliki zat adiktif, tetapi kebiasaan makan nasi bungkus telah menjadi suatu kenikmatan tersendiri, bagaimana tidak?

 

Daun pisang atau daun jati adalah bahan alami yang digunakan nasi bungkus, tidak mengandung sedikit pun zak kimia, hanya kadang-kadang tertempel bangke semut atau bekas sarangnya ulat, uenakkkk he he ... Begitu pun bahan dari plastik-kertas, sedikit saja kali yah campuran non alaminya, no worry yah riset mengatakan less risk of cancer. Nasi yang langsung dicampurkan dengan sayuran, kuah, dan lauk-pauk saling serap satu sama lainnya sehingga aroma dan rasanya menyatu dalam nasi. Nah disaat kita makan sambil menyaksikan acara tontonan bola atau sambil mendengarkan dongeng/sandiwara kerajaan tempo doeloe, semakin nambah nikmatnya.

 

Nasi bungkus telah menjadi sebuah legenda yang tak terlupakan, uenak sih!

Lumayan ada ide nulis :)

 

Referensi: Pengalaman Sendiri