Alif, Masih Ada Hari Esok Untukmu [bag.2]

05/02/2012 10:10

Sebenarnya dalam hati kecilnya Alif sudah tidak betah bekerja di sini. Bukan karena pekerjaannya yang berat, karena Alif sudah terbiasa bekerja keras sejak dia masih kecil. Tetapi lingkungan kerja yang penuh dengan kecurangan dan kebohongan tanpa Alif kuasa untuk memperbaikinya membuat hatinya merasa tak berdaya dan tak kerasan. Tingkah laku teman-teman dan atasannya banyak yang menyeleweng dan jauh dari kontrak yang telah ditetapkan, pantas saja sudah hampir dua tahun bangunan baru selesai sepertiganya. Terutama tingkah laku Badrun dan Mandor jajang yang kian menjadi-jadi. Setiap hari Alif sudah bosan melihat tingkah laku Badrun yang kasar dan tidak memikirkan kepentingan dan nasib orang lain. Seperti kelakuan buruk badrun yang selalu dilakukannya setiap hari adalah dia selalu meminta jatah kepada masing-masing temannya (sesama kernet) untuk membayarkan makanan yang dia makan alias ”malak”(meminta dengan paksa, red) dan seminggu sekali kepada Mang Husni penjual nasi yang mangkal di gubuk sementara dekat lokasi proyek. Anehnya Badrun tidak pernah memalak Alif. Suatu hari salah satu temannya yang bernama Joni menanyakan hal tersebut kepada Badrun.

”Bang Badrun kenapa Abang tidak pernah meminta jatah kepada si Alif?”
”Diam kamu! Kalau saya minta jatah ke si Alif kuwalat (kena kutuk, red) nanti saya, si Alif itu sholatnya rajin gak seperti kalian semua! Udah gak sholat tiap malam minggu kerjaannya kalau gak mabok ya madon (main perempuan, red)! Lagian neh si Alif udah dapat jatah Setiap selesai wudhu dia selalu bawa air untuk minum kita setiap waktu makan siang dari mata air di seberang sana! Jadi itu sudah cukup!” Badrun melotot ke arah Joni. Joni langsung mengkerut dan langsung mengunci mulutnya rapat-rapat daripada kalau diteruskan dia bisa kena tonjok si Badrun.

Di sisi lain jika Alif pulang kampung dia akan menjadi pengangguran dan terbayang olehnya wajah ibunya yang renta dan dua adiknya yang masih duduk di bangku sekolah SD dan SMP membuat Alif selalu bertahan di tempat ini. Dia adalah tulang punggung yang menghidupi keluarganya.
Masih terbayang dalam benaknya betapa dulu ayahnya ingin Alif menjadi seorang Insinyur atau dokter dan selalu berpesan agar Alif belajar sungguh-sungguh dan menanamkan dalam diri Alif untuk selalu jujur, berani dan pantang menyerah terhadap segala kesulitan yang dihadapi. Ayahnya berjanji akan bekerja keras demi menghidupi keluarga dan kelanjutan pendidikan Alif dan kedua adiknya.

Tetapi harapan tinggallah harapan, malang tak bisa ditolak, Saat Alif duduk di bangku SMP kelas 2 ayahnya tertabrak sebuah truk pengangkut sayur pada saat dia mengayuh sepedanya menjual minyak tanah keliling daerahnya dan meninggal dunia dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Musibah ini membuat kehidupan keluarga Alif menjadi serba sulit. Ibunya harus berjuang mencari nafkah. Setiap hari ibunya harus keliling kampung menjajakan nasi bungkus dan kue-kue basah agar mereka bisa bertahan hidup dan Alif serta kedua adiknya masih bisa tetap melanjutkan sekolah. 

Keadaan ini membuat Alif menjadi terbiasa bekerja keras, pagi-pagi sebelum sekolah harus bangun membantu ibunya mempersiapkan dagangannya, sorenya giliran Alif menjajakan dagangan ke desa tetangga. Beberapa tahun berjalan karena kelelahan dan beban hidup yang menghimpit ibu Alif mulai sakit-sakitan dan wajahnya tampak lebih tua dari usianya. Sejak lulus SMA Alif memutuskan untuk mengganti posisi ibunya sebagai tulang punggung keluarga. Alif harus ikhlas dan melupakan cita-citanya untuk melanjutkan ke bangku kuliah meskipun banyak teman-teman dan gurunya menyayangkan karena Alif berhasil menjadi juara umum sekolah dan lulus PMDK(Penelusuran Minat dan Kemampuan/diterima di Universitas Negeri tanpa melalui proses UMPTN/Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri, red) ke salah satu Institut terkenal di Bandung.

”Alif Syahrudin ada orang nyari kamu di luar barak, katanya tetangga kamu di kampung namanya Pak Haris!” teriakan Dadang temannya menyudahi lamunan Alif.
”Pak Haris?ada apa Pak RT sampai datang kesini untuk menemui saya?” hati Alif bergumam penuh tanda Tanya dan timbul kekhawatiran dalam dirinya. Tiba-tiba perasaan dan hatinya gak enak, pasti ada sesuatu yang telah terjadi.

”Assalamu’alaikum Pak Haris?” Alif menyapa Pak RT yang tinggal didepan tak jauh rumah orang tuanya dan selama ini sering membantu keluarganya.
”Wa’alaikum Salam Wr. Wb. Hey lif gimana kabar kamu?” Pak Haris menjawabnya dengan lirih. Alif menangkap kegusaran di wajah Pak Haris, dengan tak sabar dan rasa penasaran Alif langsung bertanya perihal kedatangan Pak Haris yang mendadak dan di malam-malam begini serta jauh dari kampung halamannya.
”Kabar saya baik Pak Haris. Langsung saja Pak ada apa malam-malam begini dengan mendadak Bapak jauh-jauh dari kampung untuk menemui saya?Apakah ada sesuatu yang terjadi dengan Ibu dan adik-adik saya Pak?” Alif mulai gelisah melihat Pak RT-nya menundukkan kepala dan memegang pundak Alif.

”Alif kamu harus tabah ya!segala sesuatu telah diatur oleh Yang Maha Kuasa!Tadi pagi-pagi buta sekitar jam 3 kami mendengar suara gemuruh di depan rumah kami, ketika kami keluar ternyata telah terjadi longsor karena hujan yang terus menerus mengguyur daerah kita dan…rumah orang tua kamu lenyap terseret dan terkubur longsoran tanah. Kami dan orang-orang kampung berusaha melakukan pertolongan dengan peralatan yang seadanya. Setelah dua jam lebih kami menggali kami mendapatkan Ibumu dan kedua adikmu terperangkap dan terkubur hidup-hidup dan Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raajiuun kami mohon maaf ternyata kami menemukan keluargamu sudah tidak bernyawa lagi Lif!” Pak Haris tak kuasa menitikkan airmatanya, mendengar hal itu Alif menjerit tertahan dan langsung memeluk Pak Haris 
”Ibu…Rahmat dan Syifa…Maafkan Alif….Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi raajiuun…Ya Allah terimalah mereka di Sisi-Mu, berikan tempat yang terbaik untuk mereka, maafkan segala dosa dan terimalah segala amal soleh keluargaku Ya Allahhh….” Alif terduduk lemas, kesedihan menyelimuti hatinya…

”Sabar ya Lif, bertawakkal kepada Allah SWT. Bapak sudah pinjam mobil Pak Soleh untuk menjemput kamu pulang, jenazah keluargamu belum kami kebumikan karena menunggu kedatanganmu Lif.” Pak Haris membimbing Alif masuk ke baraknya dan membereskan Pakaian Alif yang perlu dibawa seperlunya. 
 

bersambung...