Alif, Masih Ada Hari Esok Untukmu [bag.1]

01/02/2012 07:57

Oleh Zaenal Muttaqin

Bagian 1
”Wooii kerja…kerja cepetan (bahasa sehari-hari, red)! Tuch mandor Jajang datang!” Badrun setengah berlari tergopoh-gopoh memberi tahu teman-temannya sesama Buruh Kernet (asisten tukang, red) yang sedang berleha-leha (bermalas-malasan, red) sambil merokok di dalam tenda sementara yang terbuat dari terpal plastik yang terletak di dekat konstruksi bangunan yang baru selesai sepertiganya. Menurut informasi dari mandor Jajang bangunan ini nantinya untuk pabrik pembuatan alat-alat furniture merk ”Olympic” (maaf dompleng namanya) dan rencananya akan dibuat setinggi 5 tingkat di atas tanah seluas lima hektar, tendernya saja baru akan selesai paling cepat 3 tahun. Lokasi konstruksi pabrik ini berada di daerah Jonggol, Bogor, Jawa Barat.


Alif hanya bisa tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah polah teman-temannya ini sambil menjinjing 2 ember plastik berukuran sedang yang berisi adukan semen, pasir dan kapur sebagai bahan perekat antar batu-bata/batako untuk membuat tembok sebuah bangunan. Alif sering menasehati mereka agar jangan bermalas-malasan bekerja, karena mereka sudah di gaji dan supaya gaji kita menjadi halal kita harus bekerja sesuai kontrak yang telah ditetapkan. Tapi mereka tidak pernah menggubris apa yang dikatakan Alif, bahkan mereka mencibir dan mengancam Alif kalau sampai dilaporkan kepada Mandor Jajang. 
Berbeda kalau Badrun yang ngomong, mereka langsung menurut seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Maklum, Badrun amat ditakuti di kalangan para buruh. Sebenarnya dia juga sama dengan yang lain bekerja sebagai buruh kernet biasa, tapi dia sudah lama ikut Mandor Jajang dan sudah dianggap sebagai orang kepercayaannya. Selain itu badan Badrun tinggi besar dan mempunyai tattoo bergambar ular kobra dan kepala harimau di kedua lengan atasnya membuat orang akan berpikir dua kali jika harus mencari perkara dengannya. Dia juga tak segan-segan untuk memukul kalau dia sedang marah dan tidak suka dengan seseorang.
”Badrun!! kesini kamu!” Mandor Jajang berteriak memanggil Badrun.
”Ya Boss” Badrun setengah berlari menghampiri ”Boss”nya.
”Kamu atur dan suruh teman-temanmu bongkar muatan semen di depan sana, sebentar lagi 2 ”tronton” (truk berukuran besar, red) yang bawa semen akan datang!” Mandor Jajang memberikan instruksi kepada orang kepercayaannya.
”Siap Boss!” tanpa menunggu lama Badrun berbalik arah dan menunjuk 10 orang buruh untuk ikut dengannya ke depan lokasi konstruksi untuk melaksanakan perintah Bossnya.

Alif termasuk salah satu dari 10 orang yang ditunjuk Badrun untuk membongkar muatan semen dari kedua tronton tersebut. Seperti biasanya Alif melihat kejanggalan, selalu saja muatan barang-barang proyek, entah semen, besi behel, kapur atau yang lainnya tidak penuh, seperti yang sudah dibongkar sebagian isinya sebelum dibawa kesini. 

Kali ini Alif mendapat jawaban dari kejanggalan tersebut! Pada saat Alif beristirahat sejenak sambil meminum air sumur dari dalam botol ”Aqua”nya lamat-lamat (samar-samar, red) dia mendengar percakapan dari dalam ruangan Mandor Jajang yang terbuat dari triplek, Alif mencoba mengintip dari lubang triplek di bagian pojok ruangan tersebut. Maklum karena hanya bangunan sementara bagian pojok bangunan biasanya tidak dipaku dengan baik dan menghasilkan beberapa lubang yang memungkinkan Alif dengan leluasa mengintip seluruh isi ruangan Mandor Jajang.
”Gimana gus, semuanya beres dan lancar-lancar kan” Mandor Jajang bersuara.
”Siip Boss!seperti biasa tadi seperempat muatan sudah aku kencingin (dibongkar sebagian muatannya secara illegal untuk keuntungan pribadi, red) di tempat toko bangunannya si ”Ahong” (Panggilan untuk laki-laki dewasa keturunan china, red)! ini uangnya Boss!” Agus menjawab pertanyaan Bossnya dengan bangga sambil menyodorkan tas kecil berisi uang kepada Mandor Jajang.
”Bagus gus, kamu memang bisa diandalkan! neh bagianmu 15% bagi berdua dengan sopir tronton yang satunya!” Mandor Jajang mengambil sebagian uang dari dalam tas kecil dan memberikannya kepada Agus.
”Tambah lagi dong Boss! Masa dari dulu 15% terus jatah kita!” Agus menimpali.
”He Gus, kamu kan tahu sendiri 50% dari uang ini harus saya berikan ke Pak Herman atasanku, aku sendiri Cuma dapat 30%, belum lagi jatah buat si Badrun! Drun neh terima jatah kamu” Mandor Jajang agak senewen dengan permintaan Agus. ”Neh gus saya kasih bonus!tapi Cuma untuk kali ini, lain kali jangan minta lagi!” Mandor Jajang menyodorkan uang dua ratus ribu ke tangan Agus.
”Ah si Boss, gitu aja marah! sekali-kali kasih bonus kayak gini kan asyik kita!” 
”Kamu…sudah sana pergi! minggu depan jangan lupa jatah toko bangunannya si Asep ya!”. ”OK Boss!permisi dulu Boss!” Agus tersenyum sumringah sambil melangkah ke pintu keluar dari kantor Mandor Jajang diikuti Badrun yang juga selalu ikut mendapat jatah dari Bossnya. Alif cepat-cepat menyudahi aksi intaiannya.
”Hei lif ngapain kamu disitu! Kamu ngintip kami ya!” mata Badrun melotot sambil memegang dan mengangkat kerah depan baju Alif ke atas.
”Saya tidak sengaja mendengarnya Bang, kebetulan saya sedang istirahat sebentar untuk minum di dekat sini.” Alif tidak mau berbohong dan menenangkan dirinya mendapat perlakuan buruk si Badrun.
”Ikut saya!” Badrun mendorong dengan kasar badan Alif untuk memasuki ruangan Mandor Jajang.
”Ada apa Drun? Dan siapa dia?” Mandor Jajang bertanya kepada Badrun sambil matanya menatap wajah Alif dengan penuh selidik curiga.
”Namanya Alif Boss, dia salah satu pekerja disini. Tadi dia saya tangkap basah mengintip dan menguping pembicaraan kita dengan si Agus.” Badrun memberikan keterangan tentang Alif kepada Mandor Jajang sambil mendudukkan Alif ke sebuah kursi kayu yang ada di dalam ruangan tersebut.
”Heh berani-beraninya kamu melakukan hal itu! Apa yang sudah kamu dengar hah?” Mandor Jajang menginterogasi Alif sambil sedikit membungkukkan badannya dan matanya memandang tajam ke arah bola mata Alif. 
”Semuanya saya dengar Pak Jajang, dan saya fikir apa yang telah kalian lakukan adalah salah dan tidak terpuji!”Alif sama sekali tak gentar terhadap mereka karena Alif yakin dia berada di pihak yang benar.
SPANNKK!!! Tiba-tiba kepalan tangan Badrun mendarat di mulut dan hidung Alif tanpa Alif menduganya sama sekali. ”Berani-beraninya kamu berkata seperti itu kepada Mandor Jajang!” teriakan Badrun tepat di samping telinga kiri Alif membuat telinganya terasa pengang (mendengung, red) dan sakit.
Alif menyeka mulut dan hidungnya yang mengeluarkan darah, ”Sadarlah!!apa yang telah kalian lakukan tidak akan diridhoi oleh Allah SWT!Apakah kalian tega memberi makan keluarga kalian dengan uang haram yang kalian peroleh?” meskipun sakit Alif masih berusaha untuk menyadarkan Mandor Jajang dan Badrun dari kekhilafan yang mereka lakukan selama ini.
”Jangan coba-coba untuk macam-macam dengan kami kalau kamu tidak ingin kehilangan pekerjaan atau nyawamu sendiri!!” Mandor Jajang mengancam Alif dengan mimik yang serius. ”Drun bawa bocah tengik (maaf pemilihan katanya agak kasar) ini keluar! dan kamu Alif kembali ke pekerjaan kamu seperti biasanya! ingat kata-kata yang saya ucapkan tadi!”
”Siap Boss. Ayo Bangun!” dengan kasar Badrun menarik bangun lengan Arif dan mendorongnya ke arah pintu. Alif berjalan agak sempoyongan karena pukulan Badrun tadi, tapi setidaknya dia sudah berusaha untuk mengingatkan mereka untuk kembali ke jalan yang benar. Semoga saja suatu saat nanti Allah memberikan hidayah kepada mereka untuk menyadari kesalahan yang telah mereka lakukan.

 

bersambung.....
 

reposting by INNA-Q