Ketikaku Bercermin Mengenalku Seorang Perawat [bag.2]

29/01/2012 14:00

Bagian-2

oleh Daben AJA

Selama seminggu program pengenalan Mahasiswa (OSPEK), dirasakan begitu lama dan melelahkan oleh sebagian besar calon mahasiswa baru. Bagaimana tidak, semua mahasiswa diharapkan hadir sebelum jam 3 pagi, dingin bro ..! dan harus membawa segala perlengkapan yang ditugaskan serta dikenakan denda hukuman fisik jika tidak serta merta melengkapinya, kadang pulang malam atau bahkan tidak sama sekali karena harus melengkapi tugas lain untuk hari berikutnya.

Tapi dengan sikap culunnya Odon tidak merasakan hal itu sebagai beban, sesuatu yang biasa saja dan malahan bertanya-tanya kenapa harus begini yah ? bangun pagi, pulang malam, diteriakin, dimarah-marahin dan sebagainya, itulah culunnya dia seperti cerita si Kabayan Saba Kota euy. Apalagi dkelompoknya dia semuanya mahasiswi 10 orang dan Odon dianggap sebagai tulang punggungnya mereka disetiap kesalahan-kesalahan anggotanya tersebut, jadi Odon lagi Odon lagi yang harus push-up, merangkap atau bernyanyi sebagai kompensasi dari ketidakdisiplinan. Sampai suatu saat, satu dari anggotanya bertanya, “kamu siapa sih namanya, lucu deh dan kasihan ..” Odon pun diminta untuk beristirahat saja ketika mengerjakan tugas dengan alasan untuk persiapan menerima hukuman esok harinya. Itulah Odon disuruh tidur yah asiklah tidurr .. apalagi Bandung kan dingin.

OSPEK hampir selesai dan Odon mencoba berteriak ketika ada sesi pembalasan terhadap panitia sebelum acara ditutup. Tapi teriakan dia malah menjadi bahan guyon lainnya karena seperti mengusir burung di sawah ..”, hoyah ... hoyah ... " yang harusnya sesi tersebut terasa tegang eh malah semua orang terpacu sama Odon, Odon kan gak biasa marah gitchu lho fren…… Ha ha ha ha tertawanya teman-teman Odon setelah acara selesai, dasar si culun ..!

Sampai di penginapan, Odon langsung mandi setelah seminggu gak mandi karena sibuk dan dingin, kemudian pergi makan bersama sang kakak. Terkuak rasa penasaran Odon terhadap program OSPEK yang telah dilaluinya ketika sang kakak menjelaskan secara detail kenapa harus begitu dan begini, malahan mungkin ditempat lain lebih berat dan kejam ungkapnya. “Apalagi nanti kamu jadi Perawat harus siap setiap saat ..” cerita sang kakak. Ketika itu Odon belum mengerti kerjaannya Perawat itu seperti apa, setahunya cuma nyunat dan nyuntik saja.

Keesokan harinya, Odon terbangun setelah disuruhnya sholat oleh sang kakak, “eh bangun sholat dulu dah jam 6 lho ..” gertak sang kakak, Odon pun pergi sholat dan tidur lagi sampai jam 9-an. “ Masya Allah ternyata kakaku ini sangat perhatian terhadapku”, desahnya ketika Odon melihat sang kakak sedang mencucikan pakainnya, padahal dalam kehidupan sehari-hari di kampung Odon sering dimarahin dan disuruh-suruh olehnya.

Hari pertama kuliah membuat Odon harus cepat dan taktis dalam mendapatkan angkot, terlambat sedikit saja Odon harus menunggu atau mencari jenis transport lainnya sampai setengah jam lamanya. Menyapa satu sama lain adalah hal yang mulia ketika pertama kali Odon masuk kampus dan disambut senyum ceria oleh kakak kakak tingkatnya. Dan Odon pun bergegas menuju kelas sesuai petunjuk dan penjelasan mereka.

Terhenti langkah Odon persis didepan pintu kelas, “apa aku salah masuk yah, kok cewek semua ..?” tanya hati kecil Odon. Odon pun menarik kembali kakinya dan duduk di luar sambil memperhatikan orang-orang yang masuk kelas yang sama dengannya. Terlihat ada dua orang cowok yang masuk kelas itu dan Odon pun memilih untuk tetap duduk di luar sampai akhirnya pihak kampus menyuruh semuanya masuk kelas masing-masing. “hmmmm… ada 6 cowok nih dan aku duduk diantara cewek-cewek cantik, begini kah yang namanya sekolah perawat ?” dan Odon pun bertanya kepada sang dosen tentang presentase jumlah cowok dikelasnya, “anda termasuk orang yang beruntung de Odon, hanya ada 7 cowok dari 40 orang di kelas anda” humor dosennya. Rasa kaku dan sungkan Odon terasa menyelimuti seluruh perasaannya selama 2-3 hari masuk kampus. Datang ke kelas cuma duduk dan hanya memperhatikan sesuatu yang ada di depan kelasnya, persis Odon seperti kuda dengan kacamatanya, lurus-lurus saja …

Tak terasa seminggu masa kuliah telah berlalu dan siang itu rutinitas kelas masih seperti semula tidak ada kegiatan tentang keperawatan. Mata pelajaran yang didapat persis sama SMA dulu, hanya ada tambahan tentang KDMnya Masloew. Dan Odon pun sudah mulai beriteraksi dengan lainnya, bercerita tentangnya dan kawan-kawannya, Odon mulai panas ...."

“Don aku pikir kamu tuh orang mana, tahu nggak pertama kali aku lihat kamu, gondrong, kucel dan culuunnn …” tanya seorang teman Odon yang kebetulan katanya dia melihat Odon waktu pendaftaran dulu. “Aku kan orang kampung, baru pertamakali ke kota, kakak saya yang bawa termasuk daftar ke sini,” jawab Odon sumringah. “jadi kamu gak tahu dan gak direncanakan masuk sini ?” "iya", jawab Odon. “Sama donk, saya juga masuk sini karena saya gagal di kedokteran, jadi gak direncanakan”, tegasnya,. Obrolan itu berlanjut sampai akhirnya kelas dibubarkan dengan alasan ada rapat.

Dalam kesunyian malam dan dingin, Odon mencoba untuk tidur tetapi tidak serta merta rasa kantuk menghampirinya. Teringat obrolannya dengan teman-teman di kelas tadi siang, “kebanyakan diantara mereka masuk Sekolah Perawat hanya sebagai batu loncatan saja, wah bagaimana aku “ pikirnya.

Sebulan sudah Odon kuliah di Bandung dan banyak pengalaman-pengalaman baru didapatnya. Sampai akhirnya Odon memutuskan untuk pulang kampung karena terasa kangen akan ortu, saudara, sahabat dan kampung halamannya dan ingin bercerita tentangnya. Tetapi… ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya, rincian biaya kuliah yang diterima dari kampus menerangkan jumlah yang sangat banyak bagi Odon waktu itu, “bagaimana aku harus menyampaikannya sama ortu?” teriak hatinya. (bersambung)